Anda Berminat Memasang Iklan di Produk Kami?
Jangan Ragu-ragu, Hubungi:

Kantor Redaksi, Iklan dan Sirkulasi

Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Joglo Undip
Jl. Imam Bardjo SH No.2 Semarang 50241
Telp. (024)8446003
e-mail: lpmmanunggal@plasa.com
http://www.lpmmanunggal.com

04 Desember 2007

Salam Dari Joglo

Saatnya Berpulang pada Etika

PRESIDEN Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) barangkali jengkel dengan ulah para tokoh penting yang saling kebut-kebutan mendeklarasikan diri siap dicalonkan sebagai presiden pada Pemilu 2009. Bagaimana ti­dak, saat masa pemerintahannya merayapi detik-detik terakhir, para capres malah asyik bersafari sambil tepe-tepe (tebar pesona) ke mana-mana. Padahal, pemilihan masih lama. Jadwal kampanye pun urung ditentukan. Jadilah SBY merasa ditinggal sendirian oleh kawan-kawannya.
Tak heran jika SBY kemudian mengajak mereka semua agar beretika. SBY meminta semua pihak memberikan keleluasaan pada pemerintahannya untuk menyelesaikan tu­gas hingga masa jabatan berakhir. Atau den­gan kata lain, SBY menganggap para capres tidak beretika karena mengutamakan kepent­ingan golongan di atas kepentingan bangsa. Demi kampanye, para capres membiarkan rakyat terkotak-kotak terlalu dini.
Saat SBY angkat bicara soal etika, agaknya bukan hanya capres-capres itu yang mestinya tersengat. Semua kalangan seharusnya me­renung, sudahkah kita beretika. Tidak peduli pejabat, ulama, wartawan, mahasiswa, mau tidak mau kita semua lahir di dunia etika.
Menangguhkan pekerjaan yang menjadi tang­gung jawab kita jelas tidak beretika alias imoral. Apa pasal? Mengulur-ulur waktu menuntaskan pekerjaan tentu merugikan orang lain. Itu sama saja memberi orang lain harapan kosong. Orang lain telah menyelesaikan tugasnya, tetapi kita belum juga menyerahkan hasil kerja kita. Apa­lagi namanya kalau bukan bentuk penelantaran tanggung jawab? Padahal, pekerjaan kita dan pekerjaan orang lain saling melengkapi. Jika satu pekerjaan terbengkalai, maka yang lain tak berarti. Alhasil, rencana berantakan. Sistem kerja pun rusak tak keruan.
Sama juga dengan organisasi macam pers mahasiswa (baca: persma). Masalah terberat yang dihadapi persma selama ini adalah bekerja bersama orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Orang-orang macam ini mengancam keberlangsungan persma.
Persma memang tidak menjanjikan uang. Kerja kita hanya berbuah pengalaman. Jika sejak awal kita telah berkomitmen terjun ke dalam persma, bukankah tidak etis menang­galkan tugas tanpa sebab jelas? Ya, cobalah berpulang pada etika... (Redaksi)

Tidak ada komentar: