Anda Berminat Memasang Iklan di Produk Kami?
Jangan Ragu-ragu, Hubungi:

Kantor Redaksi, Iklan dan Sirkulasi

Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Joglo Undip
Jl. Imam Bardjo SH No.2 Semarang 50241
Telp. (024)8446003
e-mail: lpmmanunggal@plasa.com
http://www.lpmmanunggal.com

04 Desember 2007

Break

Rob Ancam Nelayan

ROB yang melanda Sema­rang sepanjang tahun menimbul­kan dampak serius bagi nelayan. Pendapatan mereka menurun akibat terjangan rob. Ketua DPW Perhim­punan Petani dan Nelayan Indonesia Jawa Tengah Riyono mengungkap­kan, hal ini terjadi karena rusaknya tambak dan ekosistem pesisir kare­na gelombang naik.
“Dulu mereka (nelayan, red) sehari bisa dapat Rp 80 ribu. Sekarang paling-paling cuma Rp 50 ribu,” kata Riyono di sela-sela diskusi Rob: Tenggelamnya Sema­rang Pesona Asia, Akankah? yang diselenggarakan LPM Opini FISIP Universitas Diponegoro dan BBC Indonesia, Senin (19/11), di Ruang Serbaguna Magister Manajemen Undip.
Rob, papar Riyono, juga ber­dampak terhadap kehidupan sosial nelayan. Mereka kini tidak acuh lagi terhadap lingkungan. “Karena datangnya rutin, mereka mengang­gap rob sebagai hal yang biasa, bu­kan musibah,” jelas dia.
Riyono menilai, Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang selama ini kurang memperhatikan nasib ne­layan. Ini terbukti dari APBD 2008, anggaran untuk nelayan kurang dari 10% dari total anggaran Dinas Peri­kanan dan Kelautan.
Pakar hidrologi Undip Robert J Kodoatie mengatakan, secara ge­ologis, Semarang berada di wilayah tanah aluvial yang sedang men­galami konsolidasi. Kondisi tanah seperti ini menyebabkan Semarang senantiasa digenangi rob. “Dalam lima tahun terakhir, sekitar 900 hek­tar tambak di Semarang rusak atau hilang akibat rob,” terang dia.
Kondisi ini diperparah lagi den­gan berubahnya tata guna lahan. Ka­wasan peresapan air dan preservasi untuk melestarikan sumber alam menjadi hilang. Belum lagi kenai­kan muka air laut yang disebabkan pemanasan global.
Drainase konvensional yang mengandalkan gravitasi menurut Robert tidak akan memecahkan masalah rob di Semarang. “Satu-satunya cara adalah adaptasi. Jadi, bagaimana masyarakat menye­suaikan cara hidup mereka dengan lingkungan yang penuh rob,” ujar Robert. Dia mengusulkan agar Semarang memakai konsep water front city.
Kepala Subdinas Pengairan Dinas Pekerjaan Umum Kota Semarang Fauzi MT menjelaskan, Pemkot selama ini sudah berupaya menanggulangi rob. “Namun, lagi-lagi terkendala dengan masalah dana,” ucap dia. (Sri Mas Sari/ Manunggal)

Tidak ada komentar: